Lele Phyton dapat menghasilkan keuntungan yang sangat besar hanya dalam waktu yang cukup singkat. Hal ini telah dibuktikan oleh Ludvi Dwipayono, pembudidaya lele Phyton di daerah Bekasi, Jawa Barat. Hanya butuh waktu dua bulan budidaya untuk memanen lele Phyton siap konsumsi. Sekali panen, keuntungan bersih yang masuk kantong bisa sampai Rp 50 juta. Daging ikan berkumis ini juga dapat diolah menjadi kerupuk dan abon.
Lele Phyton tidak hanya gampang dipelihara. Modal membudidayakan ikan lele ini juga tak besar-besar amat, kok. “Tidak banyak dana yang diperlukan untuk memulai bisnis lele Phyton,” ungkap Ludvi Dwipayono.
Empat tahun lalu, Ludvi memulai usaha budidaya ikan hasil persilangan lele dumbo dan lele thailand ini dengan modal sebesar Rp 1 juta. Uang itu untuk ongkos pembuatan kolam budidaya dan pembelian sekitar 500 bibit lele Phyton.
Harga bibit lele Phyton sangat terjangkau. Ashari Ramadhan, pembudidaya lele Phyton di Cirebon, Jawa Barat, mengatakan, harga bibit ikan bernama latin Clarias batrachus ukuran 3-5 cm Rp 125 per ekor. Sedang, untuk ukuran 7-8 cm harganya Rp 150 seekor dan ukuran 9-10 cm seharga Rp 175 per ekor. Dengan catatan, minimal pembelian sebanyak Rp 500.000.
Adapun panen lele Phyton hingga siap konsumsi, menurut Ashari, butuh waktu budidaya selama dua bulan. Satu kolam milik Ashari bisa menampung sekitar 60.000 bibit lele Phyton.
Dari budidaya lele Phyton, Ashari bisa meraih omzet hingga Rp 80 juta setiap kali panen dalam tempo dua hingga tiga bulan. “Laba bersihnya bisa sampai Rp 50 juta tiap kali panen,” ujarnya dengan ramah.
Untuk mendapatkan panen lele Phyton siap konsumsi yang maksimal, menurut Ludvi, saat menabur bibit, kebersihan air dan kolam harus terjaga dengan kadar keasaman air (pH) yang tinggi. “Habitat yang paling bagus untuk lele Phyton adalah kolam tanah,” saran dia.
Untuk urusan pakan, lele Phyton cukup diberi pelet tiga kali sehari dengan waktu pemberian: pagi, sore, dan malam. Kalau ingin lele bertubuh makin bongsor, pelet bisa diberi campuran ampas tahu atau ikan yang telah ditumbuk halus. “Ini untuk menambah protein dalam tubuh ikan,” kata Ludvi.
Dengan hanya menggunakan bahan-bahan alami, Ludvi bilang, lele Phyton memiliki nilai jual lebih tinggi dibandingkan yang diberi asupan bahan kimia. Rasanya juga berbeda, karena memiliki tekstur daging yang lebih empuk.
Selain ke pasar, Ludvi juga menjual lele Phyton hasil budidayanya ke warung-warung makan yang menyajikan menu pecel lele. Lele Phyton banyak dipilih, lantaran ukurannya yang lebih besar serta dagingnya yang lebih gurih. Setiap harinya, Ludvi memasok 10 kg ke warung pecel lele. Tapi, ia berencana juga mengolah daging lele Phyton menjadi kerupuk dan abon.